Kapuas Kalimantan Tengah

Senin, 25 Oktober 2010

Makalah Pertanian Indonesia

PERMASALAHAN SEKTOR PERTANIAN DI INDONESIA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada saat sekarang sektor pertanian di Indonesia berada di persimpangan jalan. Sektor pertanian memerlukan pertumbuhan ekonomi yang kokoh dan pesat karena sebagai penunjang kehidupan berjuta-juta masyarakat Indonesia. Sektor ini juga perlu menjadi salah satu komponen utama dalam program dan strategi pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan. Di masa lampau, pertanian Indonesia telah mencapai hasil yang baik dan memberikan kontribusi penting dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia, termasuk menciptakan lapangan pekerjaan dan pengurangan kemiskinan secara drastis. Hal ini dicapai dengan memusatkan perhatian pada bahan-bahan pokok seperti beras, jagung, gula,dan kacang kedelai.
Salah satu sektor yang sangat terkait dalam proses pembangunan di negeri ini adalah sektor pertanian dalam arti yang luas. Sektor ini yang memilki potensi yang begitu besar. Sektor pertanian yang dimaksud adalah sektor yang mencakup sub sektor yang meliputinya seperti pertanain sawah, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan, dan kelautan.
Pembangunan sektor pertanian ini dapat merespon dan menjadi katalis pertumbuhan di sektor-sektor lainnya seperti perbankan, keuangan dan bisnis, pergdagangan, pengangkutan/ transportasi, jasa-jasa, dan industri pengolahan terutama industri pengolahan produk pertanian. Faktor lain yang mendukukung sektor pertanian menjadi sektor yang potensial karena kondisi tanah di Indonesia yang begitu subur dengan iklim tropis yang dimungkinkan dapat ditanami berbagai macam tumbuhan dan luas lautan Indonesia yang begitu luas hingga 70 persen luas Indonesia secara keseluruhan.
Ketika kita berbicara pertanian di Indonesia sangat berbeda dengan pertanian yang ada di negara-negara maju. Masih banyak problem dan permasalahan pertanian yang ada di Indonesia. Begitu kompleks permasalahannya karena ketika kita berbicara pertanian maka sesungguhnya kita sedang membicarakan sektor-sektor lainnya yang sangat erat kaitannya dengan pertanian seperti sektor-sektor yang disebutkan sebelumnya
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan pada latar belakang diatas maka kami mencoba membuat identifikasi permasalahan sebagai berikut :
1. Mengapa Indonesia banyak dibanjiri produk pertanian dari
luar negeri?
2. Mengapa petani kita banyak yang terpinggirkan dalam hal
kepemilikan lahan garapan?.
3. Apa yang menyebabkan lemahnya kelembagaan dan teknologi
ditingkat Petani.
4. Mengapa masyarakat pada umumnya memiliki sikap imperior
terhadap produk pertanian Indonesia.


BAB II
PEMBAHASAN
1. Indonesia Banyak Dibanjiri Produk Pertanian dari Luar Negeri.
Tingkat impor Indonesia sangat tinggi terutama dalam sub sektor pertanian tanaman pangan. Hal ini dikarenakan lahan pertanian yang ada di Indonesia sangatlah sempit dan terbagi-bagi ke dalam beberapa sub sektor seperti perkebunan, peternakan,danlain-lain.

Dalam menyikapi hal ini kita harus positif karena tidak ada satu pun negara di dunia ini yang tidak melakukan impor. Setiap negara pasti melakukan impor produk pertanian karena beberapa faktor. Seperti kondisi iklim dan struktur tanah yang berbeda-beda yang tentunya produk pertanian yang dihasilkan juga berbeda-beda. Sebagai contoh di Indonesia tidak akan optimal jika berternak karena lahan penggembala yang kecil, menanam gandum karena gandum akan tumbuh secara baik pada iklim sub tropis. Sedangkan Indonesia akan sangat optimal jika ditanami tanaman rempah-rempah, sawit, kopi, teh, dan lain-lain.

Selain itu yang menjadi faktor tingginya impor Indonesia adalah lahan pertanian yang tersedia di Indonesia sangat sempit. Hanya sekitar 21 juta hektar yang sebanding dengan luas lahan kedelai di Brazil. Luas lahan sawah sama dengan luas lahan tebu di Brazil. Luas ladang penggembala di Brazil sama dengan luas seluruh daratan di Indonesia (190 juta hektar).

Dengan luas lahan yang sempit ini sektor pertanain dituntut untuk dapat mencukupi kebutuhan penduduk Indonesia yang jumlahnya sekitar 220 juta jiwa. Dari kedua faktor tersebut tentu sangatlah sulit untuk mencukupi kebutuhan pangan dalam negeri.
2. Petani Terpinggirkan Dalam Hal Kepemilikan Lahan Garapan.
Maksud dari petani yang terpinngirkan adalah masih banyak petani yang tidak memilki lahan pertanain dan hanya menjadi buruh tani. Hal ini yang menyebabkan petani yang ada di Indonesia tergolong miskin dan menjadi penyebab utama bangsa ini dikenal sebagai bangsa yang miskin.

Jika kita berbicara tentang profesi petani sesungguhnya idealnya profesi petani di suatu negara hanya 5-10 persen saja dari jumlah penduduk negara tersebut. Sedangkan yang terjadi di Indonesia adalah masyarakat yang bekerja pada sektor pertanain mencapai 40 persen (sekitar 42,8 juta jiwa). Dengan jumlah yang begitu banyak sehingga melebihi titik idealnya sedangkan lahan yang tersedia sedikit dan minim.
3. Lemahnya Kelembagaan dan penguasaan Teknologi di tingkat
Petani
Kelembagaan petani yang ada di Indonesia masih sederhana dan kegiatannya masih temporer yang berbentuk kelompok tani.Penguasaan peralatan teknologi yang dimiliki organisasi petani di Indonesia masih juga sangat minim sekali.
Hal ini terjadi karena sebagian besar petani memiliki tingkat pendidikan yang rendah .Sehingga sangat mempengaruhi kemampuan petani dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Saat ini pada ada umumya kelembagaan kelompok tani di Indonesia hanya bergerak pada urusan penyaluran pupuk bersubsidi dan melaksanakan program bantuan dari pemerintah saja.
4.Imperior Kompleks terhadap produk dalam negeri
Sikap masyarakat yang mempercayai bahwa produk bangsa Indonesia(dalam negeri) lebih buruk dibandingkan dengan produk negara lain. Masyarakat Indonesia lebih bangga menggunakan produk luar negeri dibandingkan dengan menggunakan produk dalam negerinya. Hal yang perlu dilakukan adalah dengan cara mengubah pola pikir masyarakat agar mau memakai produk dalam negeri dan tindakan nyata para pelaku usaha budidaya untuk meningkatkan kualitas produk dalam negeri.



BAB III
P E N U T U P

Dalam mengurai permasalahan pertanian di Indonesia dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Fokus dari peran regulasi dari Departemen Pertanian perlu ditata ulang. Kualitas input yang rendah mempengaruhi produktifitas petani; karantina diperlukan untuk melindungi kepentingan petani dari penyakit dari luar namun pada saat yang bersamaan juga tidak membatasi masuknya bahan baku impor; dan standar produk secara terus menerus ditingkatkan di dalam rantai pembelian oleh sektor swasta, bukan oleh pemerintah.
2. Fokus dalam pendapatan para petani, program pemerintah yang titik beratnya pada komoditas padi tidak lagi dapat menjamin segi pendapatan petani. Pendanaan sangat diperlukan, dan dapat diperoleh dari usaha sementara untuk memenuhi kebutuhan kredit para petani melalui skema kredit yang dibiayai oleh APBN
3. Peningkatan produktifitas adalah kunci dalam peningkatan pendapatan petani, oleh karena itu pembangunan ulang riset dan ternologi dan sistem pemberdayaan petani menjadi sangat diperlukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar